Sponsor

09 Mei 2009

Duka Dan Tawa


Dengan ijin dari Sobatku semoga bermanfaat untuk kita semua.Senang bisa menjumpaimu. “Dalam duka ada tawa”, setuju nggak ? Ketika mau menangis bisa tertawa, dan terkadang mau tertawa tapi akhirnya menangis. Atau kalau tidak terlalu stress, lebih baik tertawa daripada menangis kalau menjadi lebih stress apabila menangis. Saya sendiri pernah mengalami hal ini, apalagi anak kecil seperti keponakan saya yang seringkali mau menangis bisa diajak tertawa dan begitu pula sebaliknya.
Mengapa duka dan tawa menjadi dua emosi yang begitu berdekatan namun berlawanan juga ? Jawabannya sederhana : Dalam duka dan tawa sama-sama keluar air mata. Yang satu menunjukkan kegembiraan dan senang hati, yang lainnya menggambarkan kesedihan dan sakit hati. Dari segi emosi, duka dan tawa bisa dianggap sebagai dua sisi dari satu mata uang. 
Duka dan tawa juga menjadi dua macam emosi yang bisa mengibaratkan perasaan ekstrim kita ke luar supaya kita tidak kena penyakit “makan hati” di dalam. Menunjukkan duka dan tawa memang sehat, asal jangan menangis dan tertawa pada waktu yang tidak patut sehingga dianggap orang agak gila.
Untuk segala sesuatu ada masanya, ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa. Memang sulit untuk mengetahui waktu yang tepat untuk mengutarakan perasaan kita, karena emosi memang sulit dikendalikan. Kemampuan mengendalikan maupun menunjukkan emosi salah satu ciri khas orang dewasa.
Ketika kanak-kanak, saya berkata seperti kanak-kanak, berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang setelah menjadi dewasa, saya meninggalkan sifat kanak-kanak itu. Sebagai orang dewasa, kita tahu sekarang bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi-Nya, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Tuhan. Kalau kita mengerti bahwa Tuhan yang menentukan apa yang kita hadapi dalam hidup ini, lebih mudah untuk menangani masalah dan mengendalikan emosi. Yang terpenting adalah hubungan kita dengan Tuhan. Kalau hubungan kita dekat, kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Tuhan dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya.
Ibarat hubungan kita dengan orang yang kita kasihi, misalnya ayah dan ibu, istri atau suami, atau anak-anak kita. Kalau hubungan kita baik dan dekat, maka kita beroleh keberanian dan jalan masuk serta dukungan untuk menghadapi suatu masalah. Kalau kita tidak memiliki hubungan seperti ini dengan manusia - apalagi Tuhan, sepertinya mendayung perahu sendiri melawan arus sendiri.
Sebab itu saya mengingatkanmu sebagai sahabatku supaya jangan tawar hati melihat kesukaanmu, tapi mengerti bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagimu. Jawab pertanyaan berikut ini yang paling cocok dengan keadaanmu sekarang :
- Kapan terakhir kali dirimu merasa “marah” sama Tuhan ? Kenapa ?
- Menurutmu, kapan Tuhan itu baik sama kita ? Dalam kondisi apa kita bisa bilang kalau Tuhan itu baik ?
- Siapa yang bisa memberimu ketenangan dan kedamaian saat mengalami cobaan ?
Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan jika dirimu dalam berbagai cobaan. “God choose what we face, but we choose how we face it” (Tuhan menentukan apa yang kita hadapi, namun kita yang menentukan bagaimana cara menghadapinya).(sumberAMS )